Dahulu sebelum Desa Kulur terbentuk, sekitar abad 17, Kulur merupakan bagian dari Pemerintahan Desa Cibodas yang terletak di sebelah barat daya Desa Kulur Sekarang sekitar ± 5 km. Desa Cibodas pada waktu itu di pimpin oleh seorang kuwu yang sakti mandraguna , beliau adalah “ EMBAH EYANG JAYA PERKOSA atau lebih dikenal lagi dengan nama : “ EMBAH EYANG TERONG PEYOT “ atau EMBAH EYANG SAYANG HAWU. Pada zaman pemerintahan beliau ketika itu Mataram akan menyerang Jayakarta ( Batavia / Jakarta ) dibawah pimpinan Sultan Agung. Banyak Pasukan Mataram yang diperintahkan Sultan Agung untuk meminta upeti / pajak , untuk perbekalan pasukan Mataram dalam menyerang Batavia. Namun Eyang Jaya Perkosa tidak menyerahkan upetii kepada Pasukan Mataram. Eyang Jaya Perkosa diserang Prajurit Mataram , beliau bertarung dengan Prajurit Mataram tetapi karena kesaktiannya beliau tak mempan terhadap senjata tajam . Kulitnya kenyal ( Weduk ) seperti kenyalnya terong peyot dan mengeluarkan asap ketika dipukul seperti asap yang keluar dari hawu. Maka sejak itulah beliau dikenal pula dengan sebutan EYANG TERONG PEYOT dan EYANG HAWU. Berhari – hari bahkan berminggu- minggu Prajurit Mataram terus menggempur Eyang Jaya Perkosa. Namun Prajurit Mataram kalah , mereka tidak kembali ke Pasukan Sultan Agung karena merasa malu tidak berhasil mengalahkan Eyang Jaya Perkosa. Mereka membuka Pedukuhan di sekitar Bukit Tinggar sampai dengan Desa Cengal sampai mereka meninggal dunia. Maka jangan heran bila mulai kampung Tinggar sampai dengan Desa Cengal banyak makam tidak dikenal ( Makam Depok ). Karena itu adalah Makam Prajurit Mataram yang kalah perang dengan Eyang Jaya Perkosa. Eyang Jaya Perkosa memimpin Desa Cibodas dengan adil, bijak dan sangat berwibawa. Karena sangat luasnya Desa Cibodas , maka beliau menunjuk anaknya yang bernama : “ PACING “ ( Pacing juga merupakan nama buah yang berwarna merah ) untuk mewakili beliau sebagai wakil kuwu untuk mengelola pemerintahan Desa Kulur sekarang. Pacing mewakili ayahnya memimpin pemerintahan sebagai Wakil Kuwu. Beliau juga sering disuruh ayahnya untuk nyuluran atau mewakili untuk seba ( Menyerahkan Upeti ) ke Cirebon. Maka sejak itulah beliau lebih dikenal dengan sebutan Kuwu Sulur. Banyak orang menyebut Kuwu Sulur, karena lidah orang sunda maka mereka bukan lagi menyebut Kuwu Sulur tetapi Kuwu Kulur. Semenjak ayahnya meninggal ( Eyang Jaya Perkosa ) dimakamkan di sebelah Barat Desa Cibodas. Maka Pemerintahan Desa Cibodas di alihkan ke Desa Kulur sekarang. Sejak itu pula Pemerintahan Desa Kulur berdiri . Namun Kulur berasal dari kata SULUR . Yang artinya Nyuluran atau mewakili. Beliau merupakan Kuwu pertama Desa Kulur. Beliau juga di kenal dengan sebutan EMBAH EYANG BUAH BEUREUM ( Sebutan lain dari Pacing ) . Setelah meninggal beliau dimakamkan di Pemakaman Umum Pasir Madani yang lokasinya berada disebelah selatan Desa Kulur. Kulur merupakan Desa yang cukup luas yang terdiri dari beberapa perkampungan. Maka sejak tahun 1982 pemerintahan Desa Kulur di mekarkan. Pemekaran dari Desa Kulur adalah Desa Cibodas.
0 Komentar
PEMERINTAH DESA KULUR
Jl. Pejuang 45 No.01 Desa Kulur Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka